1.Terima kasih kepada beberapa sahabat yang beri ucapan selamat hari jadi kepada saya di FB dan WhatsApp berkaitan. Saya sebenarnya tak guna henfon sepanjang masa, jadi minta maaflah kerana saya lambat beri “ucapan balas.” Hampa berkenaan kira okey kerana tiada seorang anak saya yang ucap selamat hari jadi secara berdepan saya, kat medsos tertentu saya tak cek lagi! Isteri saya pun sekadar sebut bila saya tanya tau tak macam mana saya nak ingat tarikh kematian beberapa kenalan saya hari ini, 17 Januari? Birthday hari ni kan? Jawab dia. Al-Fatihah.

2.Saya ada juga akaun TikTok dan Telegram yang saya bukan guna sangat! Sekadar untuk terima gambar, video dan data daripada mereka tertentu. Tapi, pada saya TikTok paling “bahaya” kerana ia amat meralitkan disebabkan benda-benda yang di-post khususnya video-video pendek amat pantas muncul di skrin henfon.Cara isu berkenaan dipersembahkan pula langsung tak ikut format berita, main hentam! Who [Siapa], What [Apa], Where[Di mana], When [Bila] & Why [Kenapa]; semuanya sering ke laut. Maknanya, ramai gemar tengok TikTok antaranya sebab mereka terbabit suka cerita sensasi gila khususnya politik, juga perempuan cantik dan lelaki kacak walau kebanyakannya pakai filter. Ada perkara-perkara positif seperti hal keagamaan, namun hal-hal baik ini seakan-akan tenggelam dalam kawah yang dicemari sampah serba mak nenek. Siaran di TikTok “secara langsung” pula kerap dinoda dengan budaya LGBT+, kisah sembang soksek mengenai artis, hantu, masalah politik negara yang dibincang separuh masak dan banyak lagi. Kementerian yang berkaitan kena cakna.

3.Kat bawah ni, saya letak beberapa sajak saya kutip dari sepenuhnya.com yang saya rasa ada manfaat kita “hadam.” Akhir taipan, sekali lagi, saya ucap terima kasih kepada hampa yang masih mengingati saya. Semoga Allah memberkati segala pelan dan tindakan pelaksanaan kita semua. Aaamiin.

Catatan Sepercik Banjir

oleh Ahmadun Yosi Herfanda

Hari ini aku ulang tahun. Tapi Jakarta banjir lagi, dan aku terjebak di jalan tol. Tapi hari ini aku ulang tahun. Apakah banjir juga perlu ulang tahun? Langit gelap dan bulan yang kesiangan tersedu di balik awan kelabu. Tapi hari ini aku ulang tahun. Apa kau tak tahu. Tolong nyanyikan happy birthday, atau lagu-lagu cinta yang membara, bukan lagu-lagu patah hati itu. Bukan lagu banjir meluap, bukan lagu sampah Ciliwung yang menumpuk di ruang tamu rumahmu.

Hari ini aku ulang tahun, tapi hujan tak reda-reda dan banjir makin merata di jalan-jalan raya. Hari ini aku ulang tahun. Masih adakah tempat yang romantis dengan harga terjangkau dompet penyajak? Masih tersisakah ruang hijau yang tak tergenang air hujan? Hari ini aku ulang tahun, tapi lagi-lagi kamu menyanyikan lagu patah hati itu, lagu melankoli yang meriwayatkan hidup burammu sendiri.

Hari ini aku ulang tahun. Ah, apa pedulimu. Ulang tahun hari ini, esok atau lusa, sama saja. Banjir tetap menelan Jakarta. Lihat wajah gubernurmu yang makin kecut dan tak dapat lagi tertawa. Mungkin ia pun lupa ulang tahunnya. Hari ini aku ulang tahun, dan lagi-lagi banjir menelan Jakarta. Ah, itu baru sepercik, katamu. Monas masih menjulang, dan belum tersentuh bongkahan emasnya.

Hari ini aku ulang tahun, dan mungkin juga kau, dalam rasa sepi dan patah hati lagi. Ya, akhirnya kudengar juga suara tangismu dalam gemuruh banjir oarta sajakku. Sungguh, ingin kuusap air matamu, tapi banjir telah menghanyutkan sapu tanganku!

Jakarta 17 Jan 2014

Sajak April

oleh Bakdi Soemanto

                untuk Pipiet


Maret menutup pintu

Dan April mengintip

Lalu melongok

Dan mendekatiku.

- Ada apa? - tanyaku.

Dia senyum.

Bibirnya mungil

Matanya bening, murni.

- Ada apa? - tanyaku.

Dia senyum.

Tangannya mungil.

Jemarinya mungil.

Tubuhnya mungil.

- Ada apa? - desakku.

Dia senyum.

Lalu menggeleng.

Lalu pergi.

Jalannya mungil.

Roknya biru indah.

Kakinya mungil, menapak bumi.

 

Ah, baru aku ingat:

Ini ulang tahun dia.

Kukejar dia,

Lalu kudekap.

Dia senyum.

Senyum mungil.

Dan lari.

Lari menyongsong tahun barunya sendiri.

Lari menyongsong rahasia hidupnya.

Dia merdeka

Untuk mencoba memberi arti kehadirannya.

April 1982

                                                 sumber: Kata (2007)

 

Tahajud Ulang Kenangan

oleh Dimas Arika Mihardja

 

Embun basuh daun

terasa ada unggun merimbun

 

Sementara genangan kenangan bersama-Mu

dan bersamamu menjadi iman yang kuaminkan

 

Daun hatiku runduk. Rukuk. Kusauk butiran bening kata kaca

yang netes sepanjang nafas dan lafaz.

 

Allah ya Allah

aku hanya ingin bercinta dengan kedamaian

dan kesejukan embun dini hari:

abadi di hati.

Jambi Maret 2013

 

Sajak 10 Juni

oleh Wiratmadinata

Bunda dari Mirakel dan Tamara

 

Aku berlabuh padamu, menjadi seberkas puisi.

Kau tertambat padaku, pelabuhan kasih tiada tepi.

Selamat Ulang Tahun!

                                                         Juni 2014

 

Ini Hari, Ulang Tahun Sebuah Tiang Gantungan

oleh Sides Sudyarto D. S.

 

Inilah, barangkali saat paling duka bagiku

Di hari ulang tahunmu ini tak bisa kukalungkan

Sebuah karangan bunga pun, pada lehermu.

 

Dengan anggunnya, kau berdiri tegak

Bagaikan sebuah tiang listrik yang melengkung

Terkena tembakan mortir kaum gerilyawan

Ketika mereka bertempur memburu kemerdekaan

Ketika mereka masih tahu, tentu saja

Arti sebuah kemerdekaan.

 

Di punggungmu yang tua itu, telah bertumbuh karat

Memborok parah dengan warna cokelat

Tiada lagi cat tersisa

Hanya debu, ada pada tubuhmu.

 

Di hari ulang tahunmu ini, barangkali akulah yang paling duka

Aku tak tahu, apakah kau yang paling berdosa

Atau yang paling berjasa.

 

Aku tak tahu berapa musuh telah tergantung pada talimu

Berapa pula pemimpin yang kau jerat

Atau pan pengkhianat yang menyeberang?

 

Selamat berulang tahun

Selamat sunyi, kehilangan arti

Abadilah kematianmu... 

sumber: Sajak-Sajak Tiang Gantungan 2002

 

Ketika Umur Tambah Satu

oleh Kurniawan Junaedhie

 

Ketika umur tambah satu

Uban di rambut tumbuh seribu

Wajah ibu mulai tampak dalam pendar

dalam bayang kenangan

Tampak muda, dan jelita

Wajah yang hidup dalam sanubari

Aduh ibu, aku sayang kamu

 

Ketika umur tambah satu

Makin dekat jarak ke akhirat

Surga atau neraka

Dan wajah ibu mulai tampak dalam pendar

dalam bayang kenangan

Melambai penuh kasih sayang

Aduh ibu, aku cinta kamu

 

Ketika umur tambah satu

Aku mulai kenal nama-nama malaikat

Jibril, Munkar. Nankir, Israil

Apalagi yang akan kautanya?

Dan wajah ibu mulai tampak dalam pendar

dalam bayang kenangan

Mengajakku berkasih sayang

Aduh ibu, aku ikut kamu.

24 November 2008

        sumber: Perempuan Dalam Secangkir Kopi 2010


Hari Ini

oleh Fridolin Ukur

 

        Hari ini tidak seperti hari-hari lain

        cepat larinya.

        Jauh perginya,

        dekat sampainya!

 

Hari ini

tidak seperti hari-hari lain

ia berhenti menghitung waktu

melepas hari tua

melepas doa

 

        Hari ini

        tidak seperti hari-hari lain

        di luar sana berembus angin hujan

        di dalam diri menyala bara hangat

        berkisah tentang rindu dan cinta

        sampai usia tambah menua

        kupeluk suka tambah erat;

        karena hari ini

        aku boleh menghitung lagi

        detik-detik penuh cinta! 

ulang tahunku ke-65, 5 April 1995

 

Ada Haru Ada Sepi

oleh Fridolin Ukur

 

Kuserap sepenuhnya warna jingga

pelan menjelma menjadi tembang puja

lalu kedamaian yang sangat nyaman

berembus mengelus wajah renta

sambil berbisik halus:

masih ada nanti

 

Hari ini

tidak seperti hari-hari kemarin

 

Hari ini

ada haru

ada sepi!

 

Ada haru, selembut sayap kupu

ada sepi, sesunyi bulan redup di pinggir bumi

 

Haru

karena rekan dan sahabat

dan sanak kadang

memelukku memberi salam:

"Selamat Ulang Tahun

keenam puluh sembilan"

 

Sepi

karena kekasihku jauh di seberang

di tepi sunyi menanti aku pulang

untuk didekap dibelai mesra

dalam sebuah pelukan panjang

selamat ulang tahun

suamiku sayang!

 

Haru dan sepi

adalah bagian dari hidup

seperti tangis dan tawa

rindu dan damba 

                       Tamianglayang 5 April 1999

Comments