Sajak-sajak lagi. Tapi, belum pilih video-video paling bagus.



Berhenti Di Pinggir Hutan Tika Senja Bersalji

Whose woods these are I think I know.
His house is in the village though;
He will not see me stopping here
To watch his woods fill up with snow.
Siapa pemilik hutan ini aku fikir aku tahu.
Namun rumahnya di desa sana;
Dia takkan lihat aku berhenti di sini
Menikmati permandangan hutannya dilitupi salji.


My little horse must think it queer
To stop without a farmhouse near
Between the woods and frozen lake
The darkest evening of the year.
Kuda kecilku pasti berasa pelik
Berhenti jauh dari sebuah rumah ladang
Di antara hutan dan tasik beku
Tika senja paling gelap sepanjang tahun.


He gives his harness bells a shake
To ask if there is some mistake.
The only other sound's the sweep
Of easy wind and downy flake.
Kuda aku menggoncang abah-abah berlocengnya
Seakan bertanya sama ada wujud sebarang kesilapan
Suara lain yang terdengar hanyalah sapuan
Angin lembut dan cebisan salji berguguran.

The woods are lovely, dark and deep.
But I have promises to keep,
And miles to go before I sleep,
And miles to go before I sleep.

Hutan ini menawan, gelap dan tebal.
Sayang aku ada janji yang perlu ditunaikan,
Dan berbatu-batu lagi sebelum aku lena,
Dan berbatu-batu lagi sebelum aku lena.


Hope is the thing with feathers

Harapan bagai suatu benda bersayap

That perches in the soul,

Yang hinggap dalam jiwa,

And sings the tune–without the words,

Dan mendendangkan lagu – tanpa kata-kata,

And never stops at all,

Dan tak pernah berhenti langsung,

 

And sweetest in the gale is heard;

Dan manis kedengaran ketika angin kencang;

And sore must be the storm

Dan kesakitan mungkin di kala taufan

That could abash the little bird

Yang sekadar memalukan burung kecil

That kept so many warm.

Yang menyimpan begitu banyak kehangatan itu.

 

I’ve heard it in the chillest land,

Aku pernah dengar mengenainya di daratan paling sejuk

And on the strangest sea;

Dan di permukaan lautan paling pelik;

Yet, never, in extremity,

Namun, tak pernah, secara melampau-lampau,

It asked a crumb of me.

Ia memohon sebutir serdak daripada aku.













SONET 18


Shall I compare thee to a summer’s day?
Haruskah aku bandingkan kau dengan suatu hari di musim panas?
Thou art more lovely and more temperate:
Sedangkan penciptaan dirimu lebih indah dan lebih sederhana:
Rough winds do shake the darling buds of May,

Angin kencang menggetarkan tunas mungil di bulan Mei,

And summer’s lease hath all too short a date:
Dan musim panas membuat semuanya berlalu cepat:
Sometime too hot the eye of heaven shines,
Kadang-kadang terlalu panas sinaran mata syurga,
And often is his gold complexion dimm’d;
Dan sering pula cahaya keemasannya meredup;
And every fair from fair sometime declines,
Dan setiap keindahan kadang-kadang memudar,
By chance or nature’s changing course, untrimm’d;

Disebabkan takdir atau perubahan alam sekitar, tak pernah terganggu;

But thy eternal summer shall not fade
Tapi musim panas abadi kau takkan pudar
Nor lose possession of that fair thou ow’st;
Tidak juga hilang sifat-sifat indah kau;
Nor shall Death brag thou wander’st in his shade,

Tidak juga Kematian berbangga memerangkap kau di bawah naungannya,

When in eternal lines to time thou grow’st;
Apabila kau mekar dalam garis-garis tulisan seiring waktu berlalu;
So long as men can breathe or eyes can see,
Selagi lelaki-lelaki mampu bernapas atau mata boleh melihat,
So long lives this, and this gives life to thee.

Selagi terus bernyawa, puisi ini menawarkan kehidupan indah kepada kau.























































































































































































































Comments