(Nota: Sekarang banyak surat muncul di muka bumi Malaysia membabitkan
hal tampuk pemerintahan negara ini. Di bawah ni pula ialah terjemahan surat Ratna
Sari Dewi kepada Soeharto/Suharto yang dimuat dalam ‘Vrij Nederland.’ Namun,
Orde Baru tak beri “peluang” kepada media cetak atau elektronik untuk menyiarkannya
sehingga ramai rakyat Indonesia tak tahu mengenai kewujudannya. Surat ini, dicetak
menjadi sebuah buku, Mencekik dengan kain
sutera, terbitan Yayasan Indonesia Baru,
Jakarta 1998 dengan menyertakan sepucuk surat seorang wartawan Belanda juga
sahabat karib Bung Karno, Willem Oltmans yang turut dituju kepada Presiden Soeharto/Suharto.
Wartawan ini, menurut kata pengantar cetakan kedua buku ini, banyak mengetahui
peristiwa dan perkembangan di Indonesia serta sangat mengerti sifat dan sikap Bung
Karno sewaktu menggalas tugas sebagai pemimpin tertinggi Indonesia. Ejaan surat-surat ni bercelaru sedikit, sat Suharto sat Soeharto sebagai contoh, dan saya
malas nak edit “takut-takut” ia memang dieja sebegini kerana ada maksud
tertentu! Cubalah hampa kaji, manalah tahu ada sebab-sebabnya! Apa-apapun, baca atau dengarlah video yang disertakan di sini jika hampa nak tahu sedikit-sebanyak sejarah Indonesia dari
sudut berbeza, selain menyaksikan ketabahan seorang isteri yang teguh mempertahan
maruah suaminya!)
1. Surat Terbuka daripada Ratna Sari Dewi kepada Soeharto
Tuan Presiden Suharto,
Bersama ini saya ingin mengingatkan Tuan, terhadap segala sesuatu
yang nampaknya oleh Tuan akan dilupakan.
Hal-hal yang akan dikemukakan ini saya anggap sebagai kewajiban,
bagi saya untuk menjelaskannya secara benar, karena justru saya mengikuti
peristiwa-peristiwa di Indonesia dari dekat.
Barangkali sementara orang berpendapat, akan lebih baik kalau saya
diam seribu bahasa seperti ‘sphinks’
(arca batu di Mesir) mengenai hal ini. Akan tetapi karena saya bertanggung
jawab, maka saya harus melakukan hal ini, walau membawa resiko betapapun
besarnya terhadap diri saya. Ini pun karena makin lama di seluruh dunia maupun
di Indonesia sendiri ternyata banyak tersebar cerita-cerita palsu yang
disebarkan tentang peristiwa-peristiwa di Indonesia itu, sehingga membeberkan
keadaan sebenarnya merupakan kewajiban saya.
Karena itulah saya kirimkan Surat Terbuka ini kepada Tuan, dalam
kedudukan saya sebagai warga Negara Indonesia. Selain itu, Surat Terbuka yang
saya kirimkan kepada Tuan ini termasuk segala isinya, adalah sepenuhnya
tanggung jawab saya dan tidak ada sangkut-pautnya dengan Soekarno, Presiden
Republik Indonesia yang terdahulu.
Sebenarnya agak sudah terlambat untuk mempersoalkan kembali
tentang para perwira yang telah dinyatakan sebagai ‘kontra revolusioner’ atau ‘pemberontak
terhadap Negara’, dimana mereka telah semua dihukum mati.
Selama ini saya selalu berpendirian tidak sependapat dengan adanya
dalil ‘yang berkuasa itu selalu benar’ (power
can do no wrong).
Sikap inipun sama sewaktu Presiden Soekarno berkuasa. Saya
berpendapat, bahwa seorang Kepala Negara itu mesti dikerumuni oleh orang-orang
yang mendukungnya. Begitu juga halnya dengan Tuan, bahwa di sekeliling Tuan itu
banyak orang-orang yang berkerumun, yang pada umumnya tak berani membuka
mulutnya, berpura-pura taat dan tunduk, bahkan ada yang menjilat. Yang pada
hakekatnya mereka bertujuan untuk mendapatkan kesempatan berkuasa lebih banyak.
Karena itulah apa yang sebenarnya terjadi di sekitar Tuan sulit akan terungkap.
Pertama-tama dalam Surat Terbuka saya ini, saya ingin mengemukakan
apa yang disebut ‘proces’ dilakukan kejahatan terhadap negara. ‘Proces’ ini
yang sebenarnya terjadi di luar norma-norma Hukum dan Keadilan, lebih tepat
untuk disebut ‘teror dan kekerasan’.
Dan mereka orang-orang yang tidak puas dan tidak mau bicara
sewaktu kekuasaan Soekarno, maka setelah situasi berubah lalu bersikap tidak
bertanggung jawab dan turut serta melakukan pembunuhan dan teror. Dalam hal ini
Tuan telah membiarkannya. Andaikata nanti pada suatu ketika kedudukan Tuan diganti
oleh orang lain, sudah tentu akan terjadi hal yang sama, di mana
pembantu-pembantu Tuan yang penting, sipil maupun militer - termasuk mungkin
Tuan sendiri- akan mendapatkan perlakuan yang sama, dimana mereka akan dituduh
dan dituntut hukuman mati dengan berbagai dalih, misalnya ‘karena melakukan
korupsi’.
Dalam hubungan ini saya ingin bertanya kepada Tuan: mengapa Tuan membiarkan dan memberikan
kesempatan semuanya itu berlalu, yang menjadi contoh (preseden) jelek bagi
suatu negara yang masih muda dan Rakyatnya sedang berkembang, yaitu Indonesia?
Bukan maksud saya untuk mencela kebijaksnaan politik yang Tuan
lakukan. Akan tetapi perhatian saya tertumpah pada mereka yang dibunuh dan
diteror dengan memakai dalih ‘pembersihan
terhadap golongan merah’ sejak peristiwa G-30S itu terjadi. Padahal
kebanyakan dari mereka itu hanyalah pengikut-pengikut Soekarno yang tidak tahu
menahu tentang peristiwa G-30S.
Bahkan saya memperoleh berita, bahwa tidak kurang dari 800.000
rakyat Indonesia yang telah dibunuh, diantaranya terdapat kaum wanita dan
anak-anak, karena hanya sebagai simpatisan PKI.
Harian ‘London Times’ membuat berita pada Januari 1966 sebagai
berikut: ‘Bahwa sejak pecahnya G-30S itu dalam tempo 3 bulan telah ratusan ribu
kaum Komunis yang dibunuh, jumlah mana menurut para diplomat Barat angka
tersebut masih terlalu rendah.
Sementara itu-menurutsementara pengusaha-pengusaha dan turis-turis
dari Eropa yang pulang dari Indonesia mengatakan, bahwa pembunuhan dan teror
itu begitu hebatnya, sehingga mereka melihat di sungai-sungai penuh dengan
hanyutnya mayat-mayat tanpa kepala, dan sementara anak-anak di desa-desa -
katanya, bermain sepak bola dengan kepala-kepala manusia yang terbunuh.
Pokoknya dalam tempo 3 bulan sesudah peristiwa G-30S itu situasi di Inonesia
decekani dengan ketakutan dan ketegangan, di mana darah banyak mengalir, yang
belum pernah terjadi dalam sejarah bangsa Indonesia.
Seorang wartawan dari ‘Washington Post’ memberitakan dari Jakarta,
bahwa di Jawa Timur saja telah terbunuh 250.000 orang, demikian menurut sumber
dari golongan Islam. Lebih lanjut ‘Washington Post’ memberitakan, bahwa puncak
pembunuhan dan teror itu terjadi pada bulan November 1965. Kepala-kepala
manusia telah dijadikan hiasan (decorasi) pada suatu jembatan. Di tempat lain
orang melihat bahwa mayat-mayat tanpa kepala dihanyutkan di sungai-sungai di
atas rakit dalam deretan yang panjang. Sungai Bengawau Solo yang indah permai
ketika itu penuh dengan mayat-mayat Sehingga di sementara tempat kadang-kadang
airnya tidak terlihat, tertutup oleh mayat-mayat itu. Sungai-sungai itu airnya menjadi
merah karena darah rakyat. Pokoknya ketika itu Indonesia seperti neraka.
Demikian tulis ‘Washington Post’.
Sementara itu, harian Inggris ‘Economist’ memperkirakan bahwa
korban yang jatuh karena pembunuhan dan teror itu mencapai 1.000.000 orang.
Saya ingin bertanya pada Tuan: mengapa
pertumpahan darah yang hebat itu sampai terjadi atas mereka yang belum tentu
berdosaP Dan mengapa masyarakat dunia diam seribu bahasa Padahal - di pihak
lain, kalau seorang manusia terbunuh di sepanjang tembok Berlin saja, maka
seluruh dunia Barat ramai dan geger. Tetapi mengapa dunia Barat itu diam di
mana 800.000 bangsa Asia (Indonesia) telah dibunuh dan diterror dengan darah
dingin, bahkan dalam situasi dunia sedang damai?
Saya tahu bahwa pasti di antara yang terbunuh itu ada orang
Komunis. Tapi apa artinya Kemerdekaan dan Hak Azasi Manusia, kalau Tuan
membenarkan pembunuhan besar-besaran itu sekedar karena mereka melakukan
gerakan di bawah tanah yang tidak dikehendaki oleh pemerintah Tuan?
Sebenarnya Tuan akan lebih bijaksana, kalau Tuan mengambil
langkah-langkah pencegahan terjadinya pembunuhan besar-besaran itu - sebelum
PKI dinyatakan dilarang oleh Undang-undang.
Akan tetapi Tuan ternyata tidak berbuat demikian, dan hal ini
dianggap sebagai pelanggaran terhadap Hak-hak Azasi Manusia, dan Tuan tidak
mendapatkan respek. Lepas dari soal ideologie, apa yang sudah terjadi itu
merupakan suatu ‘Kejahatan Nasional’
Tuan Suharto,
Meskipun Tuan akan menolak dengan berbagai dalih untuk bertindak
dan mencegah terhadap ‘Kejahatan Nasional’ yang telah berlangsung itu-dimana
telah ratusan ribu orang tak berdaya telah j dibantai - bagaimanapun juga saya
bersikap: tidak membenarkan bahkan
mengutuk peristiwa itu. Bukankah telah menjadi kenyataan, bahwa pemerintah
Orde Baru yang Tuan pimpin memakai slogan demi ‘penumpasan terhadap PKI’?
Ataukah Tuan amat kuatir kalau kekuasaan Soekarno bangkit kembali berserta
pendukung-pendukungnya, karena Tuan tahu pasti bahwa lebih dari 50 % Rakyat
Indonesia itu masih setia pada Soekarno. Hal ini pasti Tuan tidak lupa, bukan?
Ataukah barangkali Tuan berpendapat, bahwa peristiwa G-30S itu sudah lampau dan
harus dilupakan? Bagi saya hal ini bukan soal. Akan tetapi yang menjadi
masalah: masih terlalu banyak hal-hal dan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dijawab dan bahkan sengaja disembunyikan.
Walaupun begitu, saya merasa masih beruntung dan bangga, bahwa saya dalam
peristiwa 1965 itu tahu dari dekat dan inendapat pelajaran yang berharga. Bahwa
fakta-faktayang benar dalam sejarah itu kadang-kadang memang diputar-balikkan
oleh mereka yang berkuasa dengan maksud untuk kepentingan atau keuntungan
tujuan-tujuan politiknya. Begitu juga halnya dengan berita-berita dalam pers
(koran-koran) telah dibuat sedemikian rupa oleh penguasa sebagi suatu
propaganda untuk keuntungan politik pemerintah (Tuan).
Sebagai misal yang paling mudah kita ambil contoh peristiwa G-30S.
Peristiwa ini sebenarnya terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965 dinihari - yang
didukung oleh Dewan Revolusi dengan dipimpin oleh salah seorang perwira
penanggung jawab pengawal Istana Presiden Soekarno, yaitu Letnan Kolonel
Untung. Pengumuman Dewan Revolusi itu berbunyi sebagai berikut:
‘Sekelompok (grup) jenderal meren
canakan untuk mengainbil oper kekuasaan (coup) dari Pemerintah Presiden
Soekarno dan beJiau akan dibunuh. Mereka membentuk ‘Dewan Jenderal’ dengan
tujuan untuk membentuk kekuasaan militer. Rencana coup tersebut akan dilakukan
pada HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1965 yang akan datang. Untuk mencegah rencana
itu, maka Dewan Revolusi mendahului mengambil langkah dengan menangkap 6
jenderal, diantaranya A. Yani.’
Dalam hal ini Tuan ternyata telah meyakinkan orang banyak
(memfitnah) dengan melancarkan berita bahwa G-30S itu dilakukan oleh PKI. Hal
ini tidak jelas benar. Bukankah yang melakukan gerakan orang-orang militer’ Dan
saya meragukan kalau mereka yang melakukan gerakan itu adalah orang-orang
komunis.
Saya ingin bertanya pada Tuan, lalu siapakah yang berbuat
menyebarkan isyu sehinga timbulsituasi dimana massa dibakar dan digerakkan,
dengan menuduh bahwa G-30 itu didalangi oleh PKI:’
Menteri Pertahanan sendiri yaitu Jenderal Nasution,sebagaisalah
seorang anggota Dewan Djenderal yang menurut rencana seharusnya juga ditangkap
oleh Gerakan 30 September telah berkata pada upacara penguburan 6 Jenderal yang
terbunuh itu pada HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1965 sebagai berikut:
‘Sampai hari ini pun HUT ABRI kita,
masih tetap penuh khidmat dan kebanggaan meskipun ditandai oleh peristiwa yang
merupakan noda bagikita ABRI. Yaitu bahwa telah terjadi suatu fitnah dan
pengkhianatan serta kekejaman atas penura-penura tinggi kita. Walaupun begitu
saudara-saudara kita yang menjadi korban itu adalah tetap merupakan
Pahlawan-pahlawani di had kita bangsa Indonesia. Yang pada akhinya
nantikebenaran pasti akan menang meskipun kita telah difitnah oleh
pengkhianat-pengkhianat itu. Hal mana pada waktunya nanti kita akan
memperhitungkannya’
Dalam pidato Jenderal Nasution itu sama sekali tidak nampak ada
kesan, bahwa terbunuhnya 6 jenderal itu telah didukung apalagi dilakukan oleh
PKI. Bahkan sebalikya, dari kalimat-kalimat yang diucapkan Jenderal Nasution
itu jelas, bahwa peristiwa G30S itu adalah akibat pertentangan yang ada di
kalangan ABRI sendiri.
Tuan Suharto, - dapatkah saya bertanya pada Tuan,
siapakah yang dimaksud dengan kata-kata Nasution ‘fitnah dan
pengkhianat-pengkhianat’ itu?, dan apakah yang dimaksud dengan kalimat ‘kita
akan memperhitungkan mereka?’
Sebenarnya yang penting
diperhatikan dalam peristiwa itu: ‘siapa
dan apa tujuan dari SO orang yang berseragam seperti Pengawal Presiden
Soekarno’ ituP Dan ketika mereka menyerbu rumah kediaman Jenderal Nasution
dengan senjata lengkap, diketahui jelas oleh beliau bahwa mereka (penyerbu) itu
adalah ‘mereka yang dikenal sebagai orang-orang and komunis’. Justru karena
mereka tidak kenal Jenderal Nasution itulah maka mereka menyangka Jenderal
Tendean sebagai Komandan Jaga dikira Jenderal Nasution dan terus menembaknya.
Dan fakta ini jelas menurut penilaian saya, bahwa andaikata para
penyerbu itu benar-benar pengawal Presiden Soekarno, pasti mereka akan tahu dan
kenal betul pada Jenderal Nasution. Jadi tidak masuk akal pula kalau para
penyerbu itu adalah orang-orang komunis, yang mendapat tugas khusus - tidak
akan kenal pada Jenderal Nasution, sehingga terjadi kegagalan itu.
Apakah Tuan tahu - bahwa banyak orang di Indonesia telah
membicarakanbahkan timbul tanda tanya yang besar yang penuh prasangka kepada
Tuan. Yalah; mengapa tuan sebagai
Komandan Tertinggi pada Kostrad justru malah tidak disebu untuk dibunuh dengan
dalih katanya ‘karena mereka (penyerbu) tidak tahu alamat Tuan?’. Dan yang
menarik perhatian lagi - justru Tuan-lah yang pada tanggal 1 Oktober 1965 pada
dinihari sudah memainkan peranan dan ambil oper pimpinan ABRI dengan memberikan
perintah-perintah - sehingga dengan mudah sekali Tuan telah bisa menguasai dan
menumpas Dewan Revolusi dalam waktu singkat.
Setelah Presiden Soekarno kehilangan Jenderal A. Yani, maka beliau
terus mengangkat Tuan sebagai Menteri Hankam, sekaligus sebagai Pangab ABRI.
Ini terjadi pada tanggal 14 Oktober 1965 di mana Presiden soekarno pada
pengangkatan Tuan itu telah berpesan sebagai berikut:
‘Adalah mendesak sekali agar keamanan
dan ketertiban harus segara dipulihkan agar tercipta keadaan, di mana emosi
dari golongan kiri, maupun golongan kanan dapat ditenangkan dan dikendalikan.
Sehingga peristiwa G 30 S dapat diselesaikan sambil kita mempelajari segala
sesuatunya yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Kejadian itu tidak akan
menenangkan saya sebelum segala sesuatunya jelas siapa yang pertanggung jawab,
entah dari pihak manapun, entah merah, hijau, ataupun kuning’.
Dengan demikian menjadi jelas, bahwa Tuan memikul tugas yang
diberikan oleh Presiden Soekarno untuk menghimpun segala data sekitar peristiwa
G. 30 S itu dan seharusnya Tuan melaporkannya pada beliau. Seharusnya Tuan
segera memulai dengan penyelidikan dan pengusutan yang harus dilaporkan pada
Presiden Soekarno. Akan tetapi Tuan ternyata tidak memberikan tafsiran sendiri
dan bexkata: ‘Sekarang saya sudah memperoleh kepercayaan dari Presiden
Soekarno. Dan saya akan terus melanjutkan menumpas sisa-sisa kekuatan dari
peristiwa tersebut’. Pernyataan Tuan jelas mempunyai arti tersendiri.
Sebenarnya Presiden Soekarno mengharap dan mempercayakan pada Tuan
agar Tuan tetap setia dan loyal untuk melaksanakan perintah-perintahnya. Dengan
tujuan selanjutnya akan diambil tindakan-tindakan hukum oleh Presiden terhadap
siapapun yang bersalah, tanpa pandang bulu apakah itu PKI atau pihak militer.
Akan tetapi ternyata Tuan tidak memberikan laporan apa-apa pada Presiden
Soekarno. Bahkan Tuan telah menggerakkan ABRI tanpa persetujuan Presiden
bersama-sama dengan beberapa Jendral, antara lain Sarwo Edhie. Dan sejak itulah
dimulai pengejaran dan pembunuhan terhadap mereka yang belum tentu bersalah
yaitu kanm Komunis. Yang kemudian telah terkenal luas di seluruh negeri, bahwa
TNI di bawah pimpinan Tuan telah melakukan penganiayaan, pembakaran,
perampokan, dan pembunuhan terhadap orang PKI. TNI telah melakukan teror yang
terselubung di bawah perintah Tuan. Rakyat yang hidup tenang telah
dihasut/dibangkitkan untuk membenci dan mengamuk dengan dalih karena adanya
kejadian terbunuhnya para Jenderal tersebut. Rakyat telah dihasut untuk anti
PKI yang dikaitkan dengan negeri Cina yang dituduh memberikan dukungan terhadap
G 30 S tersebut. Dan Rakyat telah dibikin demikian rupa sehingga tidak percaya
bahwa ‘Dewan Jenderal’ itu ada.
Selanjutnya Presiden soekarno dipaksakan untuk menyatakan PKI itu
dilarang dan di luar hukum, karena dianggap partai itu terlibat pada G-30S.
Selama setahun lamanya mahasiswa-mahasiswa dan kelompok-kelompok yang tidak
puas diorganisasi untuk melakukan demonstrasi-demonstrasi terhadap Soekarno
dengan tuntutan-tuntutan termaksud. Akan tetaspi Presiden Soekarno menolak
untuk membubarkn PKI, sebab tidak ada data-data dan bukti yang meyakinkan yang
sudah dilaporkan pada Presiden.
Yang menarik perhatian ialah, bahwa ‘pemimpin-pemimpin’
demonstrasi tersebut yang katanya adalah ‘mahasiswa-mahasiswa’ kenyataannya,
umurnya kebanyakan lebih dari 30 tahun dan bahkan pengikut-pengikutnya
demostrasi itu memakai pakaian seragam paratroops (tentara payung) yang masih
baru-baru. Sehingga perlu dipertanyakan, apakah benar mereka itu
mahasiswa-mahasiswa betul? Dan dari mana dana (keuangan) yang didapat untuk
mengorganisi demonstrasi-demonstrasi itu? Dan mengapa ternyata sekarang, bahwa
mereka menjadi ‘pemimpin-pemimpin’ demonstrasi itu kini mempunyai
kedudukan-kedudukan penting dalam pemerintahan Tuan?.
Semua kekacauan dan ketidak tenangan yang nampaknya ‘dibikin’
(artificial) telah berlangsung se;ama satu tahun. Dan sementara itu telah
dilancarkan propaganda secara meluas, bahwa kesulitan dan keburukan di berbagai
bidang itu ditimpakan pada PKI. Kalau saya boleh bertanya pada Tuan: berapa dan apa saja segala sesuatu yang
buruk itu yang tidak ditimpakan pada PKI? Dan hal ini, sampai hari inipun
masih terus berlangsung walau peristiwa G-30S itu telah empat tahun berlalu.
Akan tetapi, tentang hal ini sebenarnya dapat dimengerti. Sebab
dalam politik - yang berkuasa itu harus membuat rakyat yang tidak tahu apa-apa
itu sedemikian rupa, sehingga rakyat yang merasa tidak tenteram dan aman dengan
menimpakan kesalahan dan ancaman itu kepada PKI, yang kemudian diarahkan bahwa
penguasa (pemerintah) itu adalah satu-atunya - pelindung rakyat yang
sebenarnya.
Kalau demikian halnya, maka jelaslah bahwa Tuan telah mengabaikan
perintah dan peringatan Presiden Soekarno pada sidang kabinet tanggal 2 Januari
1996 di Bogor yang meminta kepada Tuan, agar situasi yang tidak menentu itu
harus segera diakhiri dan dipulihkan, sehingga rasa kesatuan dan persatuan
bangsa Indonesia dapat tercipta kembali; bukan saling membunuh di antara
sebangsa dan setanah air. Apabila pembunuhan besar-besaran itu berlangsung
terus, maka peijuangan kita selama ini akan sia-sia, karena dalam hal ini Tuan
ternyata telah menempuh jalan sendiri.
Saya tidak akan mengatakan bahwa G-30S itu baik. Tapi saya juga
tidak akan menyalahkan siapa-siapa dan belum akan memberikan penilaian terhadap
peristiwa itu.
Andaikata saya sebagaiseorang Komunis atau simpatisan, maka yang
pertama-tama menjadi pertanyaan dan yang tidak masuk di akal, apa perlunya dan
apa keuntungannya PKI itu melibatkan diri dalam peristiwa G-30S itu, padahal
PKI itu termasuk partai yang besar? Selain itu, kalau memang benar PKI terlibat
dalam peristiwa itu, mengapa TNI tidak mengetahui atau mencegah, bahwa yang
membakar markas CC-PKI itu adalah pengacau? Tidakkah lebih baik kalau markas
CC-PKI itu dibiarkan untuk selanjutnya diselidiki kalau-kalau bisa diperoleh
data-data yang penting? Dan kalau benar PKI itu terlibat, apakah tidak lebih
baik kalau para pemimpinnya yang bertanggung jawab diadili di depan rakyat
Indonesia? Dan mengapa Tentara yang menangkap ketua (CC-PKI) D.N. Aidit itu
justru telah membunuhnya dengan diam-diam tanpa proses hukum? Dan Tuan sendiri
ternyata beberapa bulan kemudian baru melapor pada Presiden Soekarno. Dan apa
pula sebabnya wakil Ketua I dan wakil Ketua II PKI yaitu sdr. Nyoto dan Lukman
juga diperlakukan yang sama dengan cara dibunuh dengan diam-diam tanpa proses
hukum?
Kata orang, bahwa N.U itu mempunyai anggota sebanyak 6 juta. Tapi
mengapa orang-orang di kalangan partai tersebutterialu takut pada PKI, yang
jumlah anggotanya lebih kecil, hanya 3 juta orang? Memang terlaslu banyak
soal-soal dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa terjawab, bahkan sengaja
ditutup-tutupi atau disembunyikan. Komunisme yang Tuan begitu takutkan itu
sebenarnya akan tidak berdaya, apabila kesengsaraan dapat ditiadakan. Hakekat
ideoliogi PKI di bawah pimpinan D.N. Aidit sebenarnya berdasarkan Pancasila
(Soekarnoisme). Dan PKI telah memainkan peranan yang penting dalam kebangkitan
dan kebangunan bangsa Indonesia serta beijuang untuk sosialisme Indonesia.
Juga Nasution - Pimpinan MPRS, telah menyalahkan PKI karena telah
melakukan aksi-aksi di bidang ekonomi. Dia juga menyalahkan PKI, bahwa sebab
tetjadinya inflasi dewasa ini karena adanya hutang pada luar negeri sebanyak $
2,5 milyard dan di antaranya berupa pembelian senjata-senjata seharga $. 1
milyard pada Uni Sovyet. Yang aneh dalam hal ini, justru hutang-hutang pada Uni
Sovyet itu bukankah Jenderal Nasution sendiri yang menanda-tangani
kontrak-kontraknya? Bahkan dia sendiri sudah 2 kali berkunjug ke Moskow. Apakah
dengan begitu ucapan Jenderal Nasution itu dapat dipertanggung-jawabkan?
Tuan Suharto,
Saya ingin mengajukan banyak data-data yang Tuan sendiri berharap
akan menjadikan data-data itu sebagai bukti terlibatnya PKI. Tapi mengapa Tuan
tidak membuka penyelidikan untuk menghimpun sesungguhnya? Sudah tentu bukan
data-data yang bersifatsefihak. Saya kira seluruh negeri dan rakyat Indonesia
berhak untuk tahu dan mengerti duduk soal peristiwa G-30S itu (yang)sebenarnya.
Sekalian biar seluruh rakyat tahu juga bagaimana pendapat Tuan tentang
peristiwa tersebut. Hal ini penting sekali, karena telah pula dusyukan bahwa
bukan hanya PKI yang terlibat, tapi juga Presiden Soekarno yang ikut dituduh
merestui ‘Dewan Revolusi’.
Selain itu, juga dikatakan bahwa beberapa ribu anggota PKI sebelum
peristiwa G-30S itu telah dipersiapkan, dengan mengadakan latihan militer di
daerah lapangan udara Halim. Dimana Presiden Soekarno pada tengah malam ketika
peristiwa itu terjadi, juga diamankan di situ. Dengan adanya berita-beritu itu,
orang pada bertanya, bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi adanya suatu
latihan yang diikuti oleh ribuan orang dapat dilakukan secra sembunyi-sembunyi?
Dan apa perlunya Presiden Soekarno itu mencari perlindungan di tempat yang tidak
menguntungkan baginya?
Kenyataan berita-berita lain yangsaya peroleh dari lapangan udara
Halim adalah, bahwa: peristiwa G-30S itu adalah cetusan darisuatu konflik dalam
Angkatan Darat. Oleh karena itu mereka mengunakan dalih ‘pribadi Soekarno harus
diselamatkan untuk mencegah terjadinya segala sesuatu yang tidak diinginkan!’ -
demikian berita itu mengatakan.
Sementara itu saya perlu juga ke Lapangan Udara Halim secara
diam-diam pada saat-saat Presiden Soekarno itu dibawa ke sana, karena saya
sebagai isteri merasa khawatir akan keselamatan suamisaya. Sampai di Halim
malah saya bingung, karena ketika saya tanyaka pada sementara orang, ternyata
tak seorangpun yang tahu apa yang telah terjadi. Bahkan ketika itu kita tidak
tahu, bahwa Jenderal A. Yani telah dibunuh. Pokoknya ketika itu kita tidak
tahu, siapa kawan dan siapa lawan. Hampir semuanya ada dalam kebingungan dan
tidak tahu apa yang akan diperbuat. Tidak seorangpun tahu apa yang telah
terjadi dan apa (pula) yang akan terjadi berikutnya.
Dalam mengenang peristiwa G-30S itu kembali, saya kira
persoalannya akan lain, andaikata Jenderal Yani masih hidup. Presiden Soekarno
sendiri sangat sedih, bagaimana sampai terjadi dia jadikorban dan bagaimana
tempat tinggalnya sampai diketahui.
Tuan Suharto,
Selain hal-hal diatas dengan ini saya ingin mengajukan pertanyaan’
yang penting kepada Tuan, yang kiranya Tuan perlu perhatikan, yalah tentang
adanya ‘Dewan Djenderal’ yang Tuan telah tentang keras tidak mengetahuinya.
Orang hanya tahu bahwa Jenderal Yani dan hanya Jenderal-jenderal lain yang
dibunuh itu (lah yang) mengetahui tentang persoalan ‘Dewan Djenderal’ tersebut.
Akan tetapi - 2 minggu sebelum peristiwa tersebut, pernah Presiden Soekarno
bertanya kepada Jenderal A. Yani; Bagaimana sebenarnya duduk persoalan Dewan
Djenderal tersebut. Yang dijawab oleh Jenderal A. Yani dengan tegas: ‘Bapak Presiden, serahkan pada saya saja
segala hal yang bersangkutan dengan anak buah saya tersebut (maksudnya D.D.)
Dari dialog tersebut bagi saya timbul pertanyaan besar: bagaimana bisa terjadi
Jenderal Yani itu ikut terbunuh? (Jelas, justru adanya konflik dalam tubuh ABRI
sendiri = Pen).
Jadi, andaikata Tuan benar-benar obyektif, maka pasti Tuan akan
yakin bahwa Presiden Soekarno itu benar-benar tidak terlibat dan tidak tahu apa-apa
tentang G-30S. tersebut.
Tuan Suharto,
Dengan mengetahui hal-hal diatas, maka lalu timbul pertanyaan
saya: Apakah kiranya jawaban Tuan pada seluruh rakyat Indonesia, yang menduga
bahwa dengan adanya tindakan cepat dari Tuan untuk membentuk kekuasaan ‘orde
baru’ dalam situasi yang kacau balau itu, bukankah justru sebenarnya Tuanlah
yang mempunyai semua rencana dn melaksanakan rencana ‘Dewan Djenderal’ itu?
Bukti-bukti kemudian menunjukkan bahwa dalam situasi yang chaos
(kacau) di Indonesia itu Tuan telah membangun tentara yang berorientasi ke
kanan, bergandengan tangan dengan sementara mahasiswa-mahasiswa (yang tidak
puas) yang kemudian didorong dan bekerja-sama dengan pimpinan-pimpinan partai
Islam serta kaum politisi yang kanan, untuk menghancurkan PKI. Yang selanjutnya
terjadilah pembunuhan dan pertumpahan darah yang terrencana. Bagaimana mungkin
hal ini bisa terjadi, bahwa sikap ABRI malah lebih dekat dengan Pentagon
(Markas Besar Departemen Pertahanan Amerika Serikat) di mana hampir semua
kegiatan militer di dunia dikendalikan dari sana? Apakah dalam situasi demikian
itu omg bisa mengharapkan lain, kecuali PKI itu menjadi hancur berantakan
karenanya, dan hubungan dengan RRC dengan sendirinya putus. Presiden Soekarno
telah berulang kali mengatakan, bahwa tidak benar hanya untuk menyalahkan PKI.
Beliau berkata: ‘Kita jangan melemparkan semua kesalahan itu kepada PKI saja.
Tapi persoalannya terletak pada hal-hal lain’.
Saya sngat menghargai akan sikap Bung Karno yang begitu tegas itu,
meskipun beliau harus mengorbankan nasibnya sendiri. Beliau telah menolak untuk
tunduk pada tekanan pihak ABRI untuk menyatakan PKI itu dilarang dan di luar
Hukum. Sedikitpun beliau tidak goyah dalam pendirian dan idea-ideanya, meskipun
telah mengalami tekanan yang berat dari pihak ABRI. Andaikata Bung Karno itu
tidak bersikap teguh sedemikian rupa, barangkali situasi dan posisi beliau
tidak akan seburuk seperti sekarang (1970), apalagi kalau beliau melakukan
langkah-langkah kompromis (berkompromi). Tapi, beliau tidak demikian dan tetap
berpegang teguh pada kebenaran dan keadilan.
Adam Malik, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pada tahun 1966
telah berbicara di depan mahasiswa-mahasiswa di Tokyo dengan penuh kebohongan
dan kebodohan. Ia menerangkan bahwa Soekarno-lah yang bertanggung jawab atas
terjadinya pembunuhan massal terhadap kaum Komunis di Indonesia itu. Andaikata
Soekarno tepat pada waktunya menentukan sikapnya terhadap PKI, maka pembunuhan
massal itu dapat dihindari.
Dengan pidato Adam Malik itu, maka orang-orang yang tidak tahu
tentang apa yang sebenarnya terjadi di Indonesia itu akan menanggapinya dengan
benar. Sementara itu Bung Karno masih terus secara terbuka berbicara dan
menjelaskan duduk soal yang sebenarnya tentang PKI itu. Hal inipun malah
ditafsirkan oleh sementara mereka itu, bahwa Presiden Soekarno telah merestui
tindakan-tindakan lebih lanjut dari PKI, yang ternyata kemudian berakibat
terjadinya pembunuhan yang lebih kejam.
Seperti kata pepatah Latin ‘Cui ono’, yang artinya: yang penting
bukan siapa yang benar, akan tetapisiapa yang memperoleh keuntungan!! Bukankah
kemudian ternyata terbukti, bahwa Amerika Serikatlah yang memperoleh keuntungan
dengan peristiwa G-30S itu! Kini terbukti Jakarta telah dibanjiri oleh
investor-investor (penanam modal) asing yaitu (terutama) Amerika Serikat.
Tentang hal inipun tidak begitu menjadi soal, andaikata dengan
kegiatan-kegiatan ekonomi itu Indonesia dan yang pertama-tama rakyatnya yang memperoleh
keuntungan!.
Bung Karno sebenarnya sejak semula selalu menolak dibuatkan patung
untuk dirinya. Baru setelah 22 tahun kemudian beliau mengabdi pada Revolusi
Indonesia dengan enggan sekali beliau baru menerima untuk dituliskan
auto-biografinya.
Akan tetapi, bagi Tuan Suharto sendiri - segera setelah tidak lama
memegang kekuasaan, telah dibuatkan buku riwayat hidup Tuan dengan memakai
judul ‘The Smilling General’
(Jenderal yang suka senyum). Selain itu Tuan telah mengabadikan potret Tuan
pada mata uang Republik Indonesia, yang sudah tentu agar Tuan cepat dikenal.
Semua itu tentunya dengan advis (pertimbangan-pertimbangan) para pembantu yang
mengelilingi Tuan.
Tapi sebaliknya, - Tuan sama sekali
telah meniadakan (mencopot) foto-foto Bung Karno pada kedutaan-kedutaan di luar
negeri, yang punya kebiasaan memancangkan foto tokoh-tokoh dunia yang merupakan
pendiri dari Bangsa-bangsa di dunia. Dalam hal ini tidak satupun gambar
Presiden Soekarno nampak (bahkan mengintimidasi rakyat untuk melarang
pemasangan gambar Bung Karno=Pen).
Tuan Suharto,
Tuan yang pemah mengkritik tentang kediktatoran Presiden Soekarno
dan bahkan Tuan telah berjanji akan memulihkan demokrasi di Indonesia, ternyata
sekarang Tuan telah berbuat melebihi apa yang diperbuat oleh Bung Karno. Langkah
pertama yang seharusnya Tuan lakukan untuk mendemokratisir keadaan/situasi,
antara lain tentang pemilihan Presiden. Ternyata tentang hal ini-pun oleh Tuan
selalu ditunda-tunda. Selain itu Tuan telah melarang untuk mencantumkan nama
Bung Karno dalam buku-buku sejarah Indonesia yang harus diterbitkan. Sementara
itu Tuan telah menahan Bung Karno dengan dalih untuk melindungi keselamatannya,
yang hakekatnya Tuan mengisolir beliau dari dunia luar. Tindakan Tuan yang
tidak benar dan tidak adil inilah yang menyebabkan Bung Karno itu menjadi
sakit. Beliau tidak mendapat perawatan sebagaimana mestinya. Dokter-dokter yang
disediakan hanya proforma saja. Malah dokter gigi yang sangat diperlukan oleh
beliau Tuan tidak memberikannya. Bahkan pemah ada orang yang mengingatkannya,
agar Bung Karno itu jangan selalu diberi obat-obatan injeksi, sebab ada
kemungkinan obat-obat itu justru akan membahayakan kesehatannya. Disamping itu,
- saya juga berharap, mudah-mudahan makanan yang dibuat dan dikirim oleh
putera/puteri Bung Karno itu benar-benar akan sampai ke tangan beliau selama
beliau dalam isolasi itu.
Bung Karno dalam tahanan sekarang (1970) benar-benar dalam keadaan
yang berat selama hidupnya. Bahkan hak-hak kemanusiaannya yang paling azasi-pun
beliau tidak memperolehnya. Satu-satunya kesempatan yang diberikan kepada
beliau utuk meningalkan isolasinya, yalah ketika menghadiri perkawinan salah
satu puterinya. Untuk itu mobil Bung Karno itu dikawal ketat dengan kendaraan
panser dan tidak boleh didekati oleh siapapun. Ketika beliau berdiri, dan
mendekati puterinya yang edang menjadi pengantin guna memberikan ‘ciuman selamat’ dariseorang ayah kepada
anaknya, inipun telah dicegah oleh Polisi Militer yang mengawalnya dan beliau
didorong secara kasar sehingga terjatuh duduk di atas sofa (kursi panjang).
Selain itu wajah beliau ditutupi dan dihalang-halangi, agar tidak dapat diambil
fotonya.
Andaikata saya yang mendapat perlakuan demikian, mungkin pasti
jiwa saya akan terpukul keras. Akan tetapi karena Bung Karno itu mempunyai jiwa
yang besar dan mentalnya kuat, perlakuan (kejam=pen)
demikian itu dianggapnya sebagai suatu pengorbanan yang harus dideritanya. Saya
benar-benar sangat khawatir bahwa mungkin perlakuan alat-alat kekuasaan Tuan
kepada Bung Karno itu kalau sedang sndirian akan lebih kasar, karena terbukti
di depan umumpun alat-alat kekuasaan Tuan itu sampai berani berbuat demikian
terhadap beliau. Tuan dapat saja
menghancurkan jasmani Bung Karno, tapi Tuan tak akan pernah berhasil
menghancurkan semangat dan jiwanya dalam membela keadilan dan kebenaran. Jiwa
dan semangat Bung Karno itu tak akan pernah mati!
Bung Karno telah berjasa membebaskan Indonesia dari penjajahan
Belanda yang 350 tahun lamanya. Setelah 13 tahun dipenjara dan dibuang oleh
Pemerintah Belanda dan memimpin perjuangan bersenjata untuk kemerdekaan
Indonesia selama tahun 1945 sampai dengan 1949, Bung Karno itu pasti tahu apa
yang harus diperbuat untuk mengisi kemerdekaan negerinya. Tanpa kepemimpinan
Bung Karno, Tuan pasti tidak akan punya kedudukan sebagai Presiden seperti
sekarang. Bung Karno itu telah meletakkan Undang-undang Dasar yang demokratis
untuk Indonesia dan telah mendirikan ‘Lingua Franca’.
Dibidang seni dan budaya beliau adalah promotor. Beliaulah
orangnya yang telah meletakkan dasar untuk pembangunan Bangsa Inonesia. Apakah
dengan jasa-jasanya itu tidakkah pantas beliau mendapatkan imbalan?
Andaikata Bung Karno tahu bahwa akan terjadisuatu pengkhianatan
yang berakibat pembunuhan antar sesama bangsa seperti peristiwa G-30S itu,
pasti beliau tidak menyetujuinya. Dan sayapun pasti tidak akan tinggal diam,
apabila sampai suami saya terlibat dalam tindakan kekerasan itu. Di depan mata
saya Bung Karno itu sangat terpuji dengan sifat-sifatnya yang luhur! Saya
sangat yakin bahwa kalau ada seseorang yang berbuat dengan cara sadar dan
sistematis membunuh sesama manusia, maka perbuatan itu adalah yang paling keji
dan tak beradab. Saya mengenal pepatah Jepang yang berbunyi ‘mencekik seseorang
dengan kain sutera’. Sehubungan dengan inilah - Tuan Suharto, Tuan telah memperkenankan Bung Karno itu diperlakukan
sedemikian rupa tersiksa baik lahir maupun bathinnya. Selama ini saya belum
pernah mengeluarkan suara atau pernyataan apa-apa, karena saya sadar bahwa Tuan
sedang menghadapi persoalan-persoalan yang cukup gawat. Tapi kali ini saya
harus berbicara secara terbuka kepada Tuan, karena: pertama-tama untuk menjaga
keselamatan dan nama baik Presiden Soekarno.
Ketika Presiden Soekarno menyerahkan wewenang kepada Tuan sebagai
pejabat Presiden pada tanggal 7 Maret 1967 telah diberikan 3 syarat oleh beliau
kepada Tuan. Salah satu diantaranya yalah: bahwa Tuan harus menjaga keselamatan
keluarga Presiden Soekarno. Ternyata Tuan telah tidak memperhatikan permintaan
beliau itu.
Sewaktu Tuan diwawancarai oleh wartawan Jepang tentang banyaknya
korupsi di Indonesia dewasa ini, Tuan telah memberikan keterangan sebagai
berikut: ‘Tentang masalah korupsi itu saya kira selamanya akan ada. Dan soal
korupsi ini sebenarnya adalah sisa-sisa dari Pemerintahan Soekarno dulu.
Sementara ini akan tetap demikian karena memang demikianlah sejak semula’.
Kalau ucapan Tuan itu benar, maka
ucapan Tuan itu seakan-akan ucapan seorang yang tidak bertanggung jawab. Sikap
Tuan itu adalah licik dan tidak jantan, karena Tuan ternyata telah berlindung
dibelakang nama Soekarno tentang apa yang sekarang terjadi. Ketika Tuan
berbicara demikian di hadapan wartawan itu, maka habislah segala rasa hormat
saya pada Tuan sampai yang terakhirpun!
Memang selama masih disebut manusia, biasanya siapa yang menang akan
selalu menganggap dirinya yang benar. Dan sebaliknya mereka yang kalah, pasti
segala sesuatunya akan ditimpakan kepadanya!!
Apabila Tuan memang bersedia dan benar-benar mau menyelidiki serta
memberantas korupsi - sebagai seorang warga-negara Indonesia - saya sepenuhnya
bersedia untuk membantu Tuan dalam hal ini. Saya bersedia untuk menjadi saksi
dan hadir pada setiap sidang-sidang pengadilan yang dilakukan dengan terbuka.
Sudah tentu pelaksanaannya harus sesuai dengan norma-norma dan hukum yang
berlaku dan tidak ditutup-tutupi, serta tidak boleh ada tekanan yang
menyebabkan orang merasa takut, begitu pula jangan ada penyalah-gunaan jabatan
yang dipegang oleh petugas. Inilah salah satu syarat yang saya minta.
Bung Karno adalah Pahlawan Revolusi Inonesia. Dengan kerendahan
hati ingin saya katakan, bahwa beliau memang belum tentu bisa menjadi pemimpin
di waktu damai. Akan tetapi saya kira, andaikata Bung Karno itu sewaktu menjadi
mahasiswa sempat belajar di luar negeri, beliau pasti akan lebih banyak mengenal
masalah-masalah ekonomi, yang akan melengkapi kepemimpinannya. Saya katakan
demikian, karena mungkin ‘nasionalisasi’ perusahaan-perusahaan asing di
Inonesia yang telah dilakukannya itu sebagai suatu kekhilafan.
Selain itu, - Bung Karno itu sebenarnya tak pernah mengalami dan
berada dalam kehidupan keluarga yang stabil. (Suatu hal yang jarang bisa
terjadi sebagai pejuang = pen). Andaikata beliau lebih lama mengenal kehidupan
rumah-tangga yang harmonis seperti halnya kebanyakan orang, mungkin beliau itu akan
menjadi Presiden yang lebih baik dalam suatu pemerintahan yang terpimpin dan
sosialis di negeri ini. Sayangnya, lingkungannya tidak memungkinkan sehingga
beliau itu lebih cenderung pada sifat tokoh seorang kaisar. Dan beliau jadi
korban dari kekuasaan yang dikuasainya sendirian secara penuh.
Saya dapat mengatakan demikian pada Tuan, karena saya memang
menganggap dan menghormati Soekarno itu sebagai orang besar. Akan tetapi
kiranya Tuan tahu, bahwa tidak selalu saya menyetujui setiap pendapatnya.
Sebagai misal - terhadap Pancasila yang beliau gali dan ciptakan itu, menurut
pendapatsaya: adalah sepenuhnya terlalu idealistis. Meskipun idealisme itu
memang perlu, akan tetapi dalam abad ke 20 ini tidak sepenuhnya idealisme itu
dapat dilaksanakan dalam praktek.
Indonesia sebenarnya belum matang untuk dibawa pada sistem demokrasi
ala Barat. Oleh karena itulah Bung Karno memberikan konsep pemikiran ‘Demokrasi
Terpimpin’. Lebih-lebih karena rakyat Indonesia kebanyakan masih banyak yang
buta huruf dan taraf pendidikan maupun ekonominya tidak sama. Dalam hal ini
saya sependapat dengan Bung Karno.
Akan tetapi di pihak lain beliau itu telah meletakkan dasar
politik yang terlalu tinggi dan terlalu ideal. Karena itu dapatlah dimengerti
kalau beliau mendapat kritik yang begitu keras, terutama dengan cita-citanya
untuk mengadakan perbaikan atas nasib seluruh Rakyat Indonesia secara massal
dan serentak. Beliau seharusnya lebih realistis dengan ide-idenya itu. Pada
saat-saat beliau punya posisi yang cukup kuat sebagai Penguasa Tertinggi,
mestinya beliau akan mendapatkan dukungan dari pembantu-pembantunya
ataside-idenya tersebut. Akan tetapi, kebanyakan dari Rakyat Indonesia itu
hanya mengharapkan perubahan-perubahan dalam kebutuhan hidup sehari-harinya.
Rakyat hanya menginginkan pemenuhan material yang nyata dan mereka sudah mulai
jenuh dengan idealisme yang sering dipidatokan.
Bung Karno itu mengemukakan bahwa dunia ini dikuasai oleh 2 blok
kekuasaan adikuasa. Dan ide beliau ingin membentuk kekuatan ke-3 sebagai
imbangan. Dalam perjuangan mewujudkan cita-cita ini Indonesia dapat
mempengaruhi dan menggerakan dunia ke-3 seperti negeri-negeri di Asia, Afrika
dan Amerika Latin. Ini berarti bahwa sekaligus Indonesia harus bisa berdikari
di segala bidang. Demikianlah yang dicita-citakan oleh Bung Karno.
Bung Karno berpendapat, bahwa perdamaian dunia itu hanya bisa
diwujudkan, kalau kemerdekaan yang penuh dapat diberikan kepada semua negeri
dan bangsa-bangsa yang terjajah. akan tetapi sikap polittik Indonesia menarik
diri dari keanggotaan P.B.B. dan Bank Dunia, tidak ikut dalam Olympiade di
Tokyo. Hal ini terjadi dalam rangka ketegangan dan perjuangan pembebasan Irian
Barat dan konfrontasi dengan Malaysia.
Bung Karno berpendapat bahwa P.B.B. telah bersikap tidak adil
terhadao aneeota-aneeotanva. Indonesia vane belum oernah mendapat pinjaman dari
Bank Dunia (yang dikuasai Amerika Serikat), telah menolak bantuan itu, kalau
harus memakai syarat-syarat politik. Sebelum Olympiade Tokyo dimulai Indonesia
telah dituduh mempolitisir olah-raga dengan diadakannya oleh raga seluruh
bangsa-bangsa Asia-Afrika diJakarta (GANEFO). Karenanya Indonesia lalu ditolak
untuk ikut dalam Olympiade Tokyo itu. Dalam hal ini Bung Karno menolak tuduhan
tersebut karena ternyata pertandingan-pertandingan Olympiade selama ini pun
juga tidak mengikut sertakan semua negeri, khususnya negara Komunis.
Tuan Soeharto,
Apabila Tuan juga mencoba memikirkan tentang hari depan Indonesia
pada hari-hari yang gawat itu, Tuan pun akan pasti mempunyai pendapat-pendapat
lain mengenai ide-ide Bung Karno, yang mempunyai akibat adanya tantangan angin
taufan. Saya sendiripun turut prihatin dengan hati yang berdebar-debar
memperhatikan, bahwa diplomasi Indonesia itu makin hari bergeser ke kiri.
Memang tak ada orang yang sempurna, begitu juga dengan diri Bung
Karno. Menurut pendapat saya apa yang dikerjakan oleh beliau itu sama sekali
tidak terselip untuk keuntungan diri-sendiri,. malah sepenuhnya segala sesuatu
itu diabdikan pada Indonesia dan rakyatnya,satu-satunya yang dicintainya dan hendak
diabdinya. Dalam perjalanan hidupnya Bung Karno itu selalu berusaha untuk
mencegah dan menghindari adanya pertentangan dalam negeri yang bisa berakibat
adanya korban-korban.
Dibanding dengan sikap Tuan dan pembantu-pembantu Tuan, ternyata
jauh berbeda, di mana Tuan atau pembantu-pembantu Tuan telah memerintah
Indonesia dengan perampokan dan pertumpahan darah. Tuan dan pembantu-pembantu
Tuan kelak akan dituntut dengan tuduhan melaksanakan pembunuhan yang disengaja
terhadap ratusan ribu orang PKI yang tak bersalah, dengan dalih ‘penumpasan PKI sampai keakar-akarnya’. Siapa
dapat percaya bahwa Tuan percaya pada Tuhan? Dalam hal ini Indonesia seharusnya
tidak memerlukan seorang Presiden di mana tangannya penuh berlumuran darah.
Tuan Soeharto,
Bung Karno itu saya tahu benar-benarsangat mencintai Indonesia dan
Rakyatnya. Sebagai bukti bahwa meskipun lawannya yang berkali-kali hendak
menteror beliau, beliau pun masih mau memberikan pengampunan kalau yang
bersangkutan itu mengakui kesalahannya. Dibanding dengan Bung Karno, maka ternyata di balik senyuman Tuan itu, Tuan
mempunyai hati yang kejam (huruf tebal = red). Tuan telah membiarkan
ratusan ribu orang-orang PKI dibantai. Kalau saya boleh bertanya, ‘Apakah Tuan
tidak mampu dan tidak berkuasa untuk men-cegahnya dan melindungi mereka agar
tidak terjadi pertumpahan darah?’
Mungkin Tuan kelupaan bahwa peristiwa tahun 1965 itu berlangsung
Bung Karno tidak juga Tuan suruh bunuh pula! Tuan pasti amat mudah untuk
mempersalahkan dan menuduh PKI itu bersalah sehingga terjadi
pembantaian-pembantaian. Andaikata Tuan mau,seharusnya Tuan mampu pula untuk
mencegah terjadinya tragedi tersebut. Kalau Tuan mau berbuat demikian maka
pasti rakyat banyak yang menjadi pengagum dan penganut Bung Karno itu akan
tetap hidup tenang. Tidak seperti sekarang di mana mereka tidak dapat berbuat
apa-apa, sementara mereka tidak tahu bagaimana nasib pemimpinnya.
Tuan Suharto,
Semestinya Tuan tidak perlu memperlakukan Bung Karno itu
sedemikian rupa, yang mungkin karena perasaan kerdil Tuan. Sebenarnya Tuan akan
lebih terhormat, apabila Bung Karno itu sebaga Pemimpin Besar Revolusi, dapat
meninggal secara wajar, bukan karena tersiksa dalam tahanan. Adalah suatu
kerugian besar sekali bagi Indonesia, bahwa Bung Karno itu telah mendapat
perlakuan yang tidak wajar seperti itu,setelah beliau mengabdiselama hidupnya
untuk negeri Indonesia dan Bangsanya!
Pada akhir surat terbuka ini, saya akan tutup surat ini dengan
mengenang kembali akan kecintaan dan kemesraan saya yang paling dalam terhadap
Bung Karno dengan seruan:
HIDUP BUNG KARNO!!
Paris, 16 April 1970
Tertanda: Ratna Sari Dewi Soekarno.
2. Surat dari Amsterdam
Amsterdam, 1 Oktober 1995
Empat puluh tahun yang lalu saat bekerja sebagai seorang wartawan
di Roma, saya bertemu dengan Presiden Soekarno dan menjadi terlibat dalam
urusan Indonesia. Kakek buyut, kakek dan ayah saya pernah tinggal di Semarang.
Kedatangan saya pertama di Jakarta adalah ditahun 1956. Hari ini, tiga puluh
tahun yang lalu, bangsa anda telah mengalami suatu kudeta berdarah. Tahun 1966
adalah terakhir kali saya bertemu dengan Presiden Soekarno, kebanyakan di
Istana di ibu kota anda dan juga di rumah peristirahatan di Istana Bogor. Kami
berbincang-bincng beberapa kali, bahkan beberapa hari. Saya juga membuat film
tentang anda untuk televisi NTS di rumah anda di Jalan Cendana. Setelah 28
tahun saya kembali berkunjung ke Jakarta pada tahun 1994 bersama rombongan Perdana
Menteri Belanda, dan sekali lagi tinggal di sini mulai bulan Januari sampai
April 1995.
Indonesia kini telah berusia setengah abad. Anda sendiri telah
berusia 74 tahun. Dalam beberapa tahun mendatang akan ada Kepala Negara baru.
Bagaimana kelak terjadinya? Bung Karno, pejuang kemerdekaan Hindia Belanda
harus memimpin perjuangan sengit untuk merebut kemerdekaan dari Belanda.
Perjuangan tersebut telah banyak menelan korban jiwa bangsa Indonesia. Ketika
di tahun 1965 anda menggulingkan Soekarno dalam sebuah kudeta illegal, satu
lagi pertumpahan darah yang mengerikan dibawah perintah dan tanggung jawab anda
telah terjadi. Akankah pemimpin Indonesia yang ketiga juga didahului dengan
pertumpahan darah?
Pada tahun 1965 anda tampil sebagai ‘penyelamat’ (tanda kutip dari penyunting) bangsa yang telah
mencegah suatu kudeta komunis. Bung Karno, anda dan saya mengetahui kejadian
yang sebenarnya. Hal itu jelas merupakan suatu kebohongan. Para perwira yang
bergerak pada tanggal 30 September 1965 adalah pahlawan yang sesungguhnya.
Mereka bertindak untuk membela Republik (Negara) dan Presiden melawan kudeta
Angkatan Darat yang didukung dan dibiayai oleh Washington dan CIA. Selama
bertahun-tahun Amerika Serikat telah berencana untuk menggulingkan Bung Karno.
Amerika yang tengah berperang di Asia Tenggara menginginkan Bung Karno, dan
kemudian Pangeran Norodom Sihanouk, jatuh. Alasannya, komunisme.
Ketika Franklin Roosevelt dan Winston Churchill menjadi mitra
Joseph Stalin dalam perang dunia II melawan fasis Jerman, tak berarti Roosevelt
dan Churchill menjadi komunis. Sama saja, Soekarno dan Sihanouk menentang
Amerika dalam perang Vietnam Mereka menentangnya bersama-sama dengan Mao dan Ho
Chi Minh. Itu tak membuat mereka menjadi komunis, anda dan mitra anda telah
membuat rakyat Indonesia di tahun 1965 percaya sebaliknya. Dengan sengaja anda
membuat Bung Karno tampak seperti seorang, pengkhianat yang sanggup
memerintahkan dibunuhnya enam (orang) jenderal Angkatan Darat dalam suatu
persekongkolan dengan pihak komunis.
Untuk merebut kekuasaan, anda membuat tuduhan palsu bahwa Presiden
Soekarno telah mendalangi kudeta menentang pemerintahannya sendiri. Pers
sedunia masih terus mengulang-ulang kebohongan ini. Sesungguhnya andalah yang
telah melakukan pengkhianatan terhadap negara dan bangsa. Anda dengan sengaja
telah tidak mematuhi perintah yang datang dari Bung Karno, Panglima Tertinggi
anda. Dengan melakukan hal itu anda telah menjadi kepala negara yang sama
sekali ilegal. Belum lama ini, anda berkata pada ‘The Herald Tribune’: ‘Saya
akan gebuk siapa saja yang mencoba menyingkirkan saya secara inkonstitusional.’
Namun anda sendiri, Tuan Presiden, merupakan seorang penipu konstitusional yang
mengaku sebagai penyelamat bangsa dari komunis.
Wawasan Bung Karno - yang saya pahami dengan mendalam, berbeda
dengan anda - benar-benar dilengkapi dengan pengakuan atas hak-hak asasi dan
prinsip-prinsip dasr demokrasi. Bila Partai Nasional Indonesia merupakan ‘anak’
dari hasil pemikirannya, maka ia memandang PKI segai anak tirinya (anak angkat).
Dia adalah Bapak bagi semua bangsa Inonesia, termasuk orang komunis. Mereka
memihaknya dalam menentang penjualan kekayaan nasional bagi kepentingan negara
lain. Mereka menolak, sebagai Presiden Soekarno, untuk menjual Indonesia pada
wiraswasta asing dan para ‘gangster’, seperti yang anda lakukan, menjadi
pencuri, korup (atas) kekayaan bangsa sendiri. Ketika para perwira bergerak
untuk mencegah kudeta oleh Angkatan Darat yang diorganisasikan oleh Dewan
Jenderal kemungkinan beberapa anggota PKI bergabung dengan mereka demi tugas
patriotik. Bung Karno tahu, anda dan saya juga tahu, bahwa sama sekali tidak
pernah terjadi kudeta PKI untuk menjatuhkan Pemerintahan Presiden Soekarno.
Tentu saja masyarakat menjadi resah dan bingung ketika anda dan komplotan anda
mengatakan pada rakyat bahwa anda terpaksa menyelamatkan bangsa dari komunisme.
Di tahun 1966,staf anda, dan terutama jenderal Sutikno
Lukitodisastro, memohon kepada saya untuk membantu meyakinkan Bung Karno
agarsecara terbuka mengutuk PKI. Ini akan mengesahkan pertumpahan darah
besar-besaran terhadap para patriot dan yang dinamakan pengikut komunis. Tentu
saja Presiden Soekarno menolak. Beliau sangat menyadari akan kebenaran dan
fakta yang sesungguhnya Pada tahun enam-puluhan beliau telah memperoleh beberapa
kali peringatan tentang jenderal Abdul Haris Nasution yang tengah bersekongkol
dengan Amerika. Beliau sendiri yang menceriterakan kepada saya. Ajudan
Nasution, Ujeng Suwargana, muncul ke permukaan ada tahun enam-puluhan di Paris,
Bonn, Amsterdam, New York dan Washington untuk mengingatkan setiap orang, yang
bersedia mendengarkan, bahwa Nasution akan menggantikan Soekarno. Ujeng
Suwargana menambahkan, ‘Kami akan memenjarakan Presiden Soekarno,
mengasingkannya dari rakyat, dan membiarkannya mati seperti tanaman kekuarangan
air.’ Itulah, Presiden Suharto, yang anda lakukan terhadapnya antara tahun 1965
dan 1970. Anda bertanggung jawab atas kematian Bapak Bangsa ini pada waktu yang
bukan semestinya.
Saya bahkan menemani jenderal Sutikno pada tanggal 11 Oktober ke
Istana Merdeka dan hadir pada pembicaraannya dengan Presiden Suharto tentang
peranan PKI di tahun 1965. Bung Karno adalah seorangyang menjunjung kehormatan.
Beliau menolak untuk berbohong tentang komunis untuk memenuhi tujuan Amerika
dan anda di Indonesia. Beliau sadar sepenuhnya akan pengkhianatan anda dan
secara mendasar menolak kebijaksanaan anda yang menyerahkan Indonesia ke tangan
kapitalisme internasional.
Sejak tahun 1955, falsafah politik Soekarno telah berdasarkan
tidak mengikatkan diri pada salah satu pihak (Non blok), suatu gerakan yang
dimulainya ke seluruh dunia di tahun 1955 di Bandung. Tujuannya selalu adalah
mencegah Indonesia jatuh ke tangan kapitalisme atau pun komunisme. Dalam hal
ini PKI setuju dengan beliau sebagaimana dijelaskan DN. Aidit kepada saya di
tahun 1961 dalam suatu kunjungan panjang ke New York dan PBB.
Karir militer anda memang sukses. Presiden Soekarno mengakui
kemampuan militer dan terus menerus meningkatkan karir anda. Sementara itu,
anda masih buta akan politik Indonesia maupun dunia. Secara politis, Soekarno
tak dapat menganggap anda serius. Anda menerima sikapnya sebagai suatu
penghinaan. Padahal bukan itu maksudnya. Presiden Soekarno mencoba mengatakan
pada anda untuk tetap dalam urusan militer, tunggu perintah saya dan jangan
turut campur dalam urusan politik, karena anda tidak tahu apa yang sedang
terjadi di dunia.
Kini, setelah tiga puluh tahun di bawah rezim militer, Indonesia
berubah menjadi negeri khayalan yang mengesankan kenormalan dan kemakmuran pada
dunia luar. Namun dalam kenyatannya, anda memerintah dengan tangan besi. Lima
puluh tahun setelah fasis di mana rakyat, wartawan, pekerja, petani dan
politisi tak dapat secara bebas mengekspresikan dirinya, karena takut ditangkap
dan dipenjara. Setelah bertahun-tahun, anda menutup kamp konsentrasi terbesar
di Indonesia dan baru-baru ini anda menghentikan peraturan untuk mencap paspor
(KTP, pen) bekas tahanan dengan huruf ET (Ex Tapol).
Ini sungguh merupakan beberapa langkah maju dan memperbaiki
kejahatan (anda) kepada rakyat dimasa lalu. Anda menganggap kepresidenan dan
kepemimpinan anda selama tiga puluh tahun ini suatu sukses besar. Kenyatannya
anda telah menciptakan suatu monster.
Indonesia di atahun 1995 dikenal seluruh dunia sebagai negara yang paling curang
di Asia. Anda, anggota keluarga anda dan anak-anak mereka, teman-teman militer
dan sipil anda telah memperkaya diri sendiri diluar yang dapat diperhitungkan
ataupun dibayangkan. Bahkan kepresidenan Ferdinand Marcos dari Filipina kini
tampak amatir dibanding anda. Kepresidenan Marcos pun berakhir dengan mendadak.
Tuan Presiden,
Terakhirsaya menulis kepada anda lima tahun yang lalu setelah
penerbitan memoar anda. Saya mencobauntuk menunjukkan beberapa penyimpangan
sejarah yang telah anda lakukan. Tak seorang pun di Indonesia bebas untuk
mengkritik anda atas pembelokan fakta berkaitan dengan sejarah Indonesia atau
peranan Bapak Bangsa dalam sejarah. Anda adalah seorang yang sanggup
menjebloskan bahkan sekedar seorang anak pengantar koran ke penjara karena anda
tak suka bahan-bahan (bacaan) yang diletakkannya di kotak surat orang.
Surat saya kemudian muncul dalam buku ‘Primadosa’, yang ditulis
oleh Wimanjaya Liotohe. Sekarang diatengah mengerjakan buku baru berjudul
‘Primadusta’. Kenyataan dan fakta sejarah tak dapat disembunyikan dari
masyarakat selamanya, tak perduli halangan apa yang didirikan oleh polisi dan
tentara anda untukmematahkan arus yang mencari kebenaran. Barangkali, waktunya
telah tiba bagi anda untuk membuka semua fakta dan meletakannya di meja serta
menaruh kepercayaan pada bangsa. Dapatkah anda menemukan dalam hati anda
kemampuan untuk berbagi dengan seluruh rakyat Indoneia tentang apa yang terjadi
pada tahun 1965?
Dalam sejarah, terlalu sering pahlawan dihukum mati sebagai
pengkhianat, Tak terkecuali Indonesia. Sebagai contoh, Kolonel Untung di tahun
1965 memimpin suatu gerakan untuk melindungi Republik dan Presiden Soekarno.
Anda menyuruh menembaknya. Kata terakhirnya, betapapun, adalah ‘Hidup Bung Karno’. Buku sejarah Indonesia di masa depan akan menyebutkan
kolonel Untung sebagai seorang pahlawan yang gugur untuk negaranya. Ini hanya
satu dari banyak contoh lain. Tidakkah waktunya telah tiba di masa-masa akhir
hayat anda untuk mengaku dan menyatakan pada rakyat Indonesia bahwa anda telah
dengan sengaja menyelewengkan apa yang sesungguhnya terjadi pada tahun 1965
untuk memenuhi ambisi anda memperoleh kekuasaan tertinggi di negeri ini?
Saya telah belajar di Indonesia bahwa kesediaan untuk memaafkan
adalah karakteristik bangsa ini. Bangsa Indonesia telah lama memaafkan Belanda
atas kolonialisme dan imperialismenya selama berabad-abad. Anda semua tampak
telah menghapus dari ingatan kejahatan yang dilakukan ketika Belanda menjajah
Hindia Belanda. Kunjungan Ratu Beatrix belum lama ini menjadi kegagalan yang
menyedihkan, karena Belanda adalah pecundang yang buruk. Mereka tidak pernah
mengakui kemenangan Indonesia dan Bung Karno. Mereka tidak mampu mengakui
kekalahan secara langsung kepada Indonesia. Dalam surat yang ditulis oleh teman
anda jenderal Pamu Raharjo di tahun 1994, Belanda diminta agar aRatu bersedia
meletakkan karangan bunga di makam Bung Karno. Surat ini, yang mendapat
persetujuan pribadi anda,saya bawa kepada Ratu dan Perdana Menteri Ruud
Lubbers. Surat itu terang-terangan diabaikan. Lima puluh tahun setelah tahun
1945 Belanda masih tak sangup untuk secara terus terang menyatakan
kekalahannya. Akibatnya Ratumendarat di Jakarta pada sebuah ‘lapangan ranjau’
seperti dikatakan Menteri Luar Negeri Belanda saat itu.
Indonesia telah berharap kunjungan Ratu akan membuka suatu awal
hubungan antara bekas kekuatan kolonial dengan bekas jajahannya. Den Haag
sekali lagi melepaskan kesempatan yang berharga. Indonesia, dan anda pribadi,
telah dihina berulang kali. Saya tahu kondisinya tidak tepat dan telah
memperingatkan untuk lebih baik tidak mengadakan kunjungan dari pada uatu
kunjungan yang melenceng. Saya meminta kepada Ratu, begitu diputuskan beliau
akan tetap pergi, untuk setidaknya pergi ke Blitar dan mengakui Bung Karno
sebagai Bapak Bangsa. Uskup Belanda pun melakukan hal yang sama. Tak ada yang
mendengarkan. Saya sungguh memahami ketidak senangan Indonesia yang anda
nyatakan dengan berbagai cara. Tanpa benar-benar menyadarinya, barangkali,
pihak Belanda telah menumpuk penghinaan demi penghinaan bagi Indonesia dan anda
pribadi. Anda tak punya pilihan selain menunjukkan dengan jelas
ketidak-senangan Indonesia kepada kekasaran Belanda yang terang-terangan.
Setelah mengakui hal ini, saya bertanya-tanya apakah telah tiba
waktunya bagi anda untuk menceritakan pada masyarakat kebenaran tentang
peristiwa traumatis di tahun 1965. Saya telah berharap anda akan melakukannya
pada tanggal 17 Agustus 1995. Jenderal Mursid, seorang teman saya, adalah seorang
patriot sejati. Ketika saya menyebutkan bahwa pengkhianat di manapun biasanya
pantas ditembak, dengan tenang dia menjawab, ‘Tidak, bukan kita yang mengadili.
Tuhan yang akan mengadilinya.’ Ketika saya makan siang dengan Ibu Hartini
Soekarno, beliau berbicara dengan lembut dan baik tentang anda. Karena lahir di
Belanda,saya menjadi marah. ‘Bagaimana anda dapat berbicara sedemikian baiknya
tentang orang yang mengkhianati Bung Karno dan menyiksanya sampai mati?’,saya
bertanya. Ibu Hartini diam dan menggelengkan kepalanya. Diamnya orang Jawa
terkadang berarti lebih dari seribu kata. Saya masih ingat dengan jelas wajah
sedihnya saat itu, dan airmata.
Di Barat sukar untuk dapat menangkap cara berpikir orang Jawa.
Saya memikirkan hal itu sesudahnya, dan bamgkali belajar dari Ibu Hartini dan
Jenderal Mursid. Bukan pula gaya Bung Karno untuk menyelesaikan masalah atau
membalas dendam dengan peluru. Contoh terbesarnya bagi bangsa ini pun terletak
pada pemberian maaf. Barangkali, inilah sikap orang Jawa yang paling otentik,
yang tidak dipahami oleh Ratu dan Pemerintah Belanda. Mereka bahkan cukup
‘kasar’ dengan membawa enam puluh pengusaha terkemuka dalam rombongan Ratu ke
Jakarta, menunjukkan mental ‘kruideniers’ Belanda yang khas. Kunjungan kerajaan
dimaksudkan sebagai lambang rekonsiliasi antara dua negara dan
bangsa,seharusnya tidak dicampur adukkan secara terang-terangan dengan
pengambilan keuntungan dan sikap ‘The Merchant of Venice’. Hal ini pun
merupakan kesalahan yang tak dapat dimaafkan.
Seorang mantan menteri pada kabinet anda dan Presiden Soekarno,
mengundang saya kerumahnya awal tahun ini. Dia mendesak saya untuk tidak
menulis tentang 1965, karena sebagian besar rakyat Indonesia tidak menyadari
adanya pengkhianatan terhadap Bung Karno oleh Angkatan Darat yang berkolaborasi
dengan CIA. ‘Tunggu sampai Suharto pergi’, katanya. ‘Kami telah mengalami
pertumpahan darah dalam revolusi kemerdekaan bersama Bung Karno. Sekali lagi
pada waktu Suharto mengambil alih kekuasaan. Kami ingin presiden ketiga kami
muncul dengan damai’ Perpindahan kekuasaan dimasa depan yang berlangsung secara
damai terletak di tangan anda. Bangsa Indonesia harus dibebaskan dari trauma
1965. Hanya anda yang dapat menyembuh-kan luka tersebut dengan cara
menceritakan hal yang sebenarnya, betapa pun menyakitkannya.
Tanggung jawab anda dalam menggulingkan Bung Karno, mendalangi
pertumpahan darah yang tak terlupakan dan membangun kamp konsentrasi, kini
telah menjadi fakta sejarah, anda akui atau tidak. Seorang perwira Angkatan
Darat, sebagai orang yangmenjunjung kehormatan, harus cukup berani untuk
mengakui kesalahan dalam menilai dan mengakui kesalahan-kesalahan besar, apa
lagi pengkhianatan terhadap bangsa dan Bung Karno dengan kolaborasi CIA. Anda
harus megembalikan kepada rakyat kekayaan yang sedemikian besar yang telah
anda, keluarga dan temn-teman anda curi dari mereka. Lebih baik
mengembali-kannya sendiri dari pada menunggu tibanya hari disaat rakyat yang
marah memaksa anda atau anak anda mengembalikan triliunan yang telah anda curi
dari rakyat. Jangan kehilangan kesempatan, Tuan Presiden, untuk membersihkan
diri dihadapan bangsa dengan inisiatif sendiri. Kalau tidak, anda akan
bergabung dalam galeri penjahat dari tokoh-tokoh sejarah seperti Hitler,
Musolini. Stalin, Mao, Pol Pot. Mobutu atau Pinochet. Dua yang terakhir adalah
juga pengkhianat negaranya dengan bantuan CIA.
Maukah anda memperhatikan himbauan ini dan meminta maaf kepada
rakyat dan keluarga serta teman-teman Bung Karno? Mungkin bangsa ini bahkan
akan amengampuni anda sebagai diktator yang terkejam dan paling korup yang
pernah dikenal di Indonesia, karena ini tampaknya sudah merupakan cara Jawa.
Willem Oltmans
(Wartawan Belanda)
Comments
Post a Comment